
Credit image: Pixabay
Sejumlah mahasiswa jurusan Fakultas Sains dan Teknik dari Universitas Kwansei Gakuin diketahui telah melakukan sebuah penelitian terkait penggunaan perangkat hiburan Virtual Reality (VR) dan efeknya terhadap kesehatan mata. Dan siapa sangka, hasil penelitiannya terbilang cukup positif.
Berdasarkan laporan yang mereka rilis lewat Interaction 2025, tim peneliti mendapati bahwa memainkan game VR yang didesain secara khusus dan dalam kondisi tertentu dapat meningkatkan pengelihatan secara signifikan, terutama bagi mereka yang mengidap miopi atau rabun jauh.

Penelitian ini dilakukan kepada 10 orang dengan kriteria tidak memiliki penyakit berat yang mengancam hilangnya pengelihatan. Lebih lanjut tim peneliti menggunakan sebuah game shooter simpel yang pemain perlu membidik dan menembak beberapa target, dan target-target tersebut akan makin menjauh setiap berhasil ditembak.
Sebagai informasi, pemilihan game shooter simpel tersebut secara tidak langsung turut melatih mata pemainnya untuk melihat objek dalam jarak dekat dan jauh.
Semua Partisipan Alami Peningkatan Pengelihatan
Para partisipan diinstruksikan untuk memainkan game VR tersebut secara berkala selama enam minggu dengan waktu jeda yang beragam. Dan hasilnya, semua partisipan mengalami peningkatan dalam pengelihatannya.
Menariknya, partisipan yang mengidap rabun jauh sedang dan parah mendapati hasil peningkatan yang cukup signifikan sesuai dengan frekuensi bermainnya. Sedangkan pengidap rabun jauh ringan justru mendapati peningkatan yang minim.

Tim peneliti sendiri belum bisa memastikan apa penyebab adanya perbedaan tersebut, namun mereka mengasumsikan bahwa salah satu penyebabnya adalah pseudomyopia, yang mana pengelihatan seseorang dapat berkurang sementara karena ketegangan pada otot mata.
Partisipan yang pengelihatannya meningkat secara signifikan diduga mengidap pseudomyopia, yang mana mengalami pembalikan komponen pengelihatan pasca bermain VR. Sedangkan partisipan dengan peningkatan minim diduga memang mengidap rabun jauh sungguhan atau permanen.
Namun tim peneliti juga memberi catatan bahwa para partisipan sendiri merupakan mahasiswa fakultas Sains, yang mana kemungkinan besar turut menghabiskan banyak waktu melihat layar komputer, laptop, maupun smartphone.
Tentu perlu dilakukan penelitian lanjutan mendalam dan dilakukan ke banyak sampel dengan kriteria berbeda untuk melihat hasil yang lebih akurat. Walau demikian, hal ini tentu memberikan semacam optimisme bahwa perangkat hiburan seperti VR-pun dapat menjadi medium untuk menjaga kesehatan mata, terutama bagi muda-mudi di era yang saat ini serba digital.