
Credit image: Freepix
Bagi Anda yang sibuk, pasar pembayaran peer-to-peer (P2P) yang terus berkembang adalah sebuah anugerah. Namun, di mana ada banyak pengguna dan uang mudah, penipu tidak akan pernah jauh.
Mengingat hal itu, penangkal paling efektif untuk berbagai penipuan yang beredar secara online adalah dengan memahami cara kerjanya. Mari kita bahas lebih jauh, meski artikel ini awalnya membahas Venmo yang populer di luar negeri, prinsip dan modus penipuannya sangat relevan dan bisa terjadi pada aplikasi pembayaran digital di Indonesia.
Baca juga: Aplikasi Pengasuhan Digital Terbaik |
Apa Itu Aplikasi Pembayaran P2P?
Aplikasi pembayaran P2P adalah jenis aplikasi pembayaran seluler baru yang memungkinkan pengguna mengirim dan menerima uang dengan mudah melalui perangkat mereka.
Pengguna tertarik oleh kemudahan penggunaannya: aplikasi ini memungkinkan pengguna mengirim dan menerima dana dengan cepat, mudah, dan seringkali tanpa biaya melalui rekening bank atau kartu yang terhubung.
Namun, kecepatan dan kesederhanaan ini juga menjadikannya target utama bagi penipu. Tidak seperti pembayaran kartu kredit yang seringkali memiliki perlindungan pembeli, pengguna biasanya tidak dilindungi jika mereka tertipu untuk membayar penipu melalui aplikasi ini.
Begitu uang keluar dari akun Anda, uang itu hilang. Ini membuat sangat penting untuk mengenali kapan seseorang mencoba menipu Anda.
Tujuh Modus Penipuan di Aplikasi Pembayaran Digital
Tetaplah aman secara online dengan membiasakan diri Anda dengan penipuan umum berikut:
1. Penipuan Pembayaran Tidak Sengaja
Seseorang yang tidak Anda kenal mengirim pembayaran kepada Anda, lalu menghubungi Anda dan mengatakan itu adalah kesalahan, meminta pengembalian dana melalui pembayaran baru.
Namun, pembayaran asli kemungkinan besar dilakukan dari kartu curian. Ketika aplikasi pembayaran digital diberitahu tentang penipuan oleh pemilik kartu asli, mereka akan menarik jumlah asli dari akun Anda, membuat Anda rugi.
2. Penipuan Phising
Kadang-kadang penipu menggunakan nama atau brand aplikasi pembayaran digital untuk mendapatkan informasi pribadi atau login pengguna. Ancaman jenis phishing klasik ini dapat datang melalui email atau pesan teks dan menampilkan branding aplikasi yang terlihat realistis untuk menipu Anda.
Modus umum akan mengklaim ada masalah dengan akun Anda, meminta Anda untuk login untuk memperbaikinya. Namun, tautan dalam pesan akan membawa Anda ke halaman login palsu yang dirancang untuk mengumpulkan kata sandi Anda sehingga penipu dapat membajak akun Anda dan menguras dana.
Jika Anda mengaktifkan otentikasi multifaktor (MFA), penipu mungkin mengirim teks lanjutan dengan tautan ke situs phishing. Mereka bahkan mungkin menelepon, berpura-pura menjadi karyawan layanan pelanggan, dan meminta kode MFA satu kali.
Baca juga: Waspada Aplikasi Ledger Palsu Mengincar Pengguna macOS |
3. Penipuan Telepon Tatap Muka (In-person)
Ponsel Anda adalah aset berharga, memungkinkan Anda mengakses informasi pribadi dan keuangan hanya dengan sentuhan tombol. Penipu tahu ini dan mungkin mencoba menipu Anda untuk menyerahkan perangkat Anda sehingga mereka dapat dengan cepat mentransfer dana dari akun aplikasi pembayaran Anda ke akun mereka.
Ini pernah terjadi pada kasus mantan Miss New York, Briana Siaca, yang ditipu oleh dua remaja untuk berdonasi ke upaya penggalangan dana mereka. Setelah mereka menawarkan untuk memasukkan detail akun mereka langsung ke ponselnya, dia menyerahkannya, hanya untuk menemukan mereka telah mengirim sendiri $2.000. Meskipun penipuan khusus itu dilakukan di Zelle, trik yang sama mungkin juga terjadi pada aplikasi pembayaran digital lainnya.
4. Penipuan Amal atau Penggalangan Dana Palsu
Penipu selalu berusaha memanfaatkan niat baik para korbannya. Kadang-kadang mereka akan melakukan ini dengan menyamar sebagai amal atau upaya penggalangan dana, menggunakan pesan phishing dalam email, teks, atau media sosial untuk menjangkau korban mereka, serta serangan tatap muka seperti yang dijelaskan di atas. Atau, mereka bisa membuat yayasan amal yang sama sekali fiktif.
Penipu sering menggunakan peristiwa penting seperti bencana alam baru-baru ini untuk menarik perhatian korban. Ini terjadi pada tahun 2022 ketika penipu mendirikan badan amal palsu untuk mengumpulkan dana yang dimaksudkan untuk mendukung keluarga Long Island yang terkena dampak kebakaran rumah tragis.
5. Penipuan Pembayaran Berlebih (Overpayment)
Penipuan di marketplace online juga populer. Misalnya, seorang pembeli mungkin membayar Anda lebih untuk suatu barang dengan kartu curian dan kemudian meminta pengembalian dana selisihnya. Seperti contoh nomor 1), ketika pemilik kartu asli mengetahuinya, mereka akan menuntut pembayaran dibatalkan atau dibalikkan, membuat Anda rugi.
6. Penipuan Deposit Sewa Properti
Penipuan di marketplace bisa mengambil banyak bentuk. Modus populer lainnya melibatkan daftar palsu untuk barang-barang mahal, tiket acara, dan bahkan persewaan properti. Dalam kasus terakhir, penipu mungkin mengambil foto dan informasi properti dari web untuk membuat daftar mereka terlihat sah.
Mereka akan mengiklankan properti sewaan di bawah harga pasar untuk menarik perhatian Anda. Namun, jika Anda melakukan deposit tanpa meminta untuk melihat properti terlebih dahulu, mereka akan lenyap begitu saja, bersama dengan uang Anda.
7. Penipuan Dukungan Pelanggan Palsu
Penipuan semakin sering terjadi melalui telepon melalui teknik yang disebut “vishing” (phishing berbasis suara). Salah satu yang paling populer melibatkan penipu yang menyamar sebagai agen dukungan pelanggan aplikasi pembayaran.
Mereka akan membuat dalih untuk meminta informasi sensitif seperti kode MFA (digunakan untuk membajak akun Anda) atau informasi pribadi dan keuangan yang sensitif (untuk digunakan dalam penipuan identitas selanjutnya).
Melindungi Diri dari Penipuan Aplikasi Pembayaran Digital

Untungnya, ada banyak hal yang bisa Anda lakukan untuk mengurangi kemungkinan kehilangan uang karena penipu. Untuk mencakup dasar-dasar keamanan digital secara umum, ada baiknya untuk:
- Gunakan kata sandi yang kuat dan unik (simpan di pengelola kata sandi), dan jangan pernah membagikannya secara online atau melalui telepon.
- Aktifkan MFA untuk keamanan akun tambahan.
- Tinjau secara teratur detail akun aplikasi pembayaran/bank Anda dan transaksi terbaru untuk memantau hal-hal yang mencurigakan.
- Gunakan layanan perlindungan identitas dari penyedia tepercaya, yang akan membantu melindungi informasi pribadi, kredit, dan keuangan Anda.
- Gunakan perangkat lunak perlindungan online yang andal yang akan membantu mendeteksi penipuan, memblokir situs web palsu, melindungi identitas Anda, dan bertahan dari malware.
- Sayangnya, praktik terbaik tidak akan selalu melindungi Anda dari semua penipuan yang tercantum di atas karena adanya rekayasa sosial yang terlibat. Mengingat hanya sekitar 14% korban mendapatkan uang mereka kembali, penting untuk dapat melihat tanda-tanda peringatan potensi penipuan.
Mengenali Tanda Bahaya
- Berhati-hatilah saat menerima pembayaran yang tidak diminta dari orang asing atau pembayaran berlebih untuk barang yang Anda jual secara online.
- Hindari interaksi dengan pengguna yang menekan Anda untuk segera bertindak. Ini adalah taktik rekayasa sosial klasik yang dirancang untuk membuat Anda terburu-buru membuat keputusan yang salah.
- Jangan pernah memberikan informasi pribadi atau keuangan (termasuk login) sebagai tanggapan terhadap email, teks, atau panggilan telepon yang mencurigakan/tidak diminta, bahkan jika mereka mengaku berasal dari aplikasi pembayaran atau otoritas yang sah.
- Jangan pernah menyerahkan perangkat Anda kepada orang asing.
Praktik Terbaik untuk Transaksi
- Transaksi hanya dengan individu yang Anda percayai.
- Periksa ulang username penerima sebelum mengirim uang.
- Batasi penggunaan aplikasi pembayaran digital untuk transaksi kecil dan kasual, bukan pembelian besar.
- Jangan pernah membayar deposit untuk sewa properti tanpa melihatnya terlebih dahulu dan mengonfirmasi legitimasi penyewa.
Jika Menjadi Korban Penipuan Aplikasi Pembayaran Digital
Penipuan di aplikasi pembayaran digital sangat lazim dan penipu di baliknya begitu gigih sehingga, bahkan dengan niat terbaik, sebagian dari kita akan tertipu. Jika itu terjadi, jangan panik dan ikuti langkah-langkah berikut:
Segera Setelah Kejadian:
- Laporkan setiap transaksi tidak sah ke dukungan aplikasi pembayaran terkait.
- Ubah kata sandi akun Anda dan amankan akun keuangan Anda lainnya.
- Pantau laporan bank dan laporan kredit untuk aktivitas yang tidak biasa.
- Laporkan setiap komunikasi palsu/mencurigakan ke penyedia aplikasi pembayaran.
Menghubungi Pihak Berwenang:
- Ajukan pengaduan ke pihak berwenang terkait, seperti Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) atau Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Indonesia.
- Laporkan penipuan ke penegak hukum setempat jika diperlukan (misalnya, Polisi Siber).
Dengan memahami modus penipuan ini dan menerapkan langkah-langkah pencegahan, Anda dapat melindungi diri dan keuangan Anda di dunia pembayaran digital yang semakin canggih.
Sumber berita: