Biaya Tersembunyi Serangan Siber

Biaya Tersembunyi Serangan Siber

Dalam sebuah insiden di dunia maya yang dialami oleh perusahaan, ada biaya tersembunyi serangan siber yang harus ditanggung oleh korban, mari kita bahas.

Pelanggaran keamanan siber dapat berdampak buruk baik bagi individu maupun bisnis. Meskipun banyak orang cenderung fokus untuk memahami bagaimana dan mengapa mereka menjadi sasaran pelanggaran tersebut.

Namun, ada satu pertanyaan yang lebih besar dan mendesak: Apa dampak finansial sebenarnya dari serangan siber.

Baca juga: Pola Serangan Umum Email

Biaya Tersembunyi Serangan Siber

Meskipun beban finansial akibat pembayaran ransomware dan pemulihan data tidak dapat disangkal, dampak sebenarnya dari serangan siber jauh melebihi biaya yang harus dikeluarkan.

Khususnya bagi dunia usaha, dampaknya tampaknya berlipat ganda. Berikut rincian beberapa biaya tersembunyi:

Hilangnya Pendapatan

Pelanggaran data dapat mengganggu operasional dalam beberapa cara, sehingga mengakibatkan hilangnya pendapatan secara signifikan.

Bisnis yang terkait dengan layanan penting, seperti industri keuangan, medis, dan transportasi, sangat rentan terhadap serangan siber karena dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari. Akibatnya, industri-industri ini cenderung membayar berapa pun uang tebusannya untuk mengurangi waktu henti.

Waktu henti yang berkepanjangan dapat mengakibatkan kerugian besar karena mereka tidak dapat memenuhi pesanan atau memenuhi kewajibannya terhadap pelanggan.

Ketidakmampuan ini menyebabkan kerugian finansial langsung karena hilangnya peluang penjualan dan dapat merusak reputasi bisnis, yang berpotensi menyebabkan penurunan kepercayaan dan loyalitas pelanggan dalam jangka panjang.

Hubungan dengan Pelanggan dan Pemasok

Gangguan operasional dapat mengganggu hubungan dengan mitra dan pemasok, mempersulit logistik dan rantai pasokan bahkan setelah masalah telah teratasi.

Begitu kepercayaan pelanggan hancur, kemungkinan besar mereka akan mengalihkan bisnisnya ke perusahaan lain yang lebih dapat mereka percayai.

Pelanggaran data juga dapat menakuti calon pelanggan yang mungkin ragu untuk berbagi atau memberikan informasi pribadi kepada perusahaan yang mereka anggap tidak aman.

Baca juga:  Permukaan Serangan atau Attack Surface

Denda Peraturan

Ketidakpatuhan terhadap peraturan dapat meningkatkan beban keuangan setelah serangan siber. Insiden seperti pelanggaran data dapat melanggar peraturan privasi seperti:

  • GDPR (General Data Protection Regulation) di Eropa.
  • CCPA (California Consumer Privacy Act) di AS.
  • UU Perlindungan Data Pribadi di Indonesia.

Perusahaan yang terbukti lalai dalam melindungi data pelanggan dapat dikenakan denda besar yang dikenakan oleh peraturan ini. Denda dapat bervariasi tergantung pada tingkat keparahan pelanggaran dan jumlah individu yang terkena dampak.

Selain itu, insiden dunia maya dapat menyebabkan kenaikan premi asuransi. Ketika perusahaan menjadi lebih rentan terhadap serangan, penyedia asuransi keamanan siber mungkin menaikkan premi mereka untuk mencerminkan risiko yang lebih tinggi.

Hal ini berarti bahwa bisnis yang mengalami pelanggaran mungkin akan dikenakan denda sesuai peraturan dan harus menanggung biaya tambahan berupa asuransi keamanan siber yang lebih mahal. Dampak gandanya dapat mempengaruhi posisi keuangan suatu perusahaan secara signifikan.

Peningkatan biaya kejahatan dunia maya ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk perkembangan teknologi digital dalam operasional bisnis, semakin kompleksnya jaringan penjahat dunia maya, dan meningkatnya nilai data dalam ekonomi digital.

Bisnis menghadapi kerugian akibat pencurian dana secara langsung, gangguan operasional, rusaknya reputasi merek, dan dampak jangka panjang dari pelanggaran data pelanggan.

Selain itu, proses pemulihan dari serangan siber sering kali melibatkan investasi besar dalam langkah-langkah keamanan siber, biaya hukum, dan kompensasi, yang selanjutnya berkontribusi terhadap dampak finansial secara keseluruhan.

Penyebab Kerentanan

Firewall, perangkat lunak antivirus, dan sistem deteksi intrusi memainkan peran penting dalam memperkuat lanskap digital. Mekanisme pertahanan ini dirancang dengan cermat untuk mengidentifikasi, mencegah, dan menetralisir ancaman dunia maya, serta bertindak sebagai garis pertahanan pertama terhadap intrusi digital.

Meskipun alat-alat ini sangat penting, ketergantungan yang berlebihan pada alat-alat ini dapat menimbulkan rasa aman yang menipu di kalangan pengguna dan organisasi. Keyakinan yang salah ini terutama berasal dari sifat adaptif para penjahat dunia maya dan peretas yang terus mengembangkan metodologi mereka, menyusun strategi canggih untuk menghindari hambatan perlindungan paling canggih sekalipun.

Menariknya, kerentanan yang ada dalam keamanan siber tidak semata-mata disebabkan oleh kesenjangan dalam pertahanan teknologi.

Sebuah studi yang dilakukan oleh Universitas Stanford menyoroti masalah yang lebih berpusat pada manusia, menunjukkan bahwa

88 persen pelanggaran data dalam organisasi dapat ditelusuri kembali ke kesalahan karyawan atau kesalahan manusia

Statistik ini menggarisbawahi besarnya risiko yang ditimbulkan oleh elemen manusia dalam keamanan siber.

Musuh dunia maya mengeksploitasi kerentanan ini dengan memanfaatkan pemahaman mendalam tentang psikologi manusia. Mereka dengan cermat menyusun email dan pesan yang membangkitkan ketakutan, kecemasan, atau rasa ingin tahu pada target mereka.

Taktik manipulatif psikologis tersebut dirancang untuk memicu tindakan segera, seperti mengeklik tautan berbahaya atau mengunduh perangkat lunak yang disusupi, sehingga mengabaikan perlindungan digital yang ada. Manipulasi ini tidak hanya menyoroti kecanggihan ancaman dunia maya modern namun juga menekankan perlunya langkah-langkah keamanan komprehensif yang mencakup solusi teknologi dan program pelatihan yang kuat yang bertujuan untuk meningkatkan literasi digital dan kewaspadaan individu dalam suatu organisasi.

Baca juga: Phising Induk Ragam Serangan

Pendekatan Multi Pertahanan Digital

Untuk benar-benar melindungi terhadap ancaman siber yang terus berkembang, perusahaan harus mengadopsi pendekatan berlapis terhadap keamanan siber.

Hal ini melibatkan investasi pada teknologi terkini dan memperbarui serta menambal sistem secara rutin untuk memperbaiki kerentanan apa pun yang dapat dieksploitasi.

Selain itu, mendidik karyawan tentang pentingnya praktik keamanan dan peran mereka dalam menjaga aset organisasi sangatlah penting.

Hal ini mencakup pelatihan untuk:

  • Mengenali upaya phising.
  • Mengamankan informasi pribadi dan profesional.
  • Memahami pentingnya kata sandi yang kuat dan unik.

Selain itu, penerapan audit keamanan rutin dan pengujian penetrasi dapat membantu mengidentifikasi dan memitigasi potensi kelemahan sebelum penyerang dapat mengeksploitasinya.

Langkah-langkah proaktif ini, dipadukan dengan sistem deteksi dan respons ancaman yang canggih, memastikan bahwa perusahaan dapat dengan cepat beradaptasi terhadap ancaman baru dan meminimalkan dampak pelanggaran keamanan apa pun.

Pada akhirnya, meskipun penting bagi perusahaan dan negara untuk menerapkan langkah-langkah keamanan siber yang kuat, tanggung jawabnya tidak berhenti sampai disitu saja. Individu juga memainkan peran kunci dalam persamaan ini.

Penting bagi setiap orang untuk secara proaktif memperoleh dan terus memperbarui keterampilan keamanan siber mereka. Hal ini tidak hanya membantu menjaga informasi pribadi tetapi juga berkontribusi terhadap keamanan ekosistem digital secara keseluruhan.

Dengan tetap mendapatkan informasi tentang potensi ancaman keamanan siber dan mempelajari cara mengatasinya, individu dapat secara signifikan memitigasi risiko menjadi korban serangan siber. Oleh karena itu, dalam memerangi ancaman keamanan siber, upaya kolektif dan individu sangat diperlukan.

 

 

 

Baca lainnya: 

 

 

Sumber berita:

 

Prosperita IT News