Digitalmania – Setiap tahun ribuan orang meninggal karena pendarahan internal. Data yang dikumpulkan sejak 1997 menunjukkan bahwa sekitar 1 dari 13 orang yang didiagnosis menderita pendarahan internal meninggal, dan angka tersebut meroket menjadi 1 dari 5 orang untuk mereka yang telah menggunakan obat antiinflamasi non steroid (NSAID) atau aspirin.
Tingginya kematian akibat pendarahan internal mendorong para ilmuwan dari Universitas ITMO di Rusia menggunakan nanopartikel sebagai metode pengobatan pendarahan dalam. Menurut mereka nanopartikel dapat mengobati luka dalam dengan sangat baik karena mengandung trombin, yaitu enzim yang secara efektif dapat menghentikan pendarahan internal.
Obat yang dibuat dengan menggunakan nanopartikel ini bisa disuntikkan secara intravena, langsung ke lokasi luka. Saat disuntikkan ke dalam pembuluh darah yang disimulasikan, obat ini mempercepat pembentukan gumpalan darah sebanyak 6,5 kali dan mengurangi kehilangan darah sebanyak 15 kali, benar-benar sangat efektif.
Partikel-partikel ini mengandung inti trombin, enzim yang memicu pembentukan gumpalan darah. Peneliti kemudian membungkus enzim tersebut dalam matriks magnetit, bahan utama kedua. Hal ini memungkinkan nanopartikel di dalam tubuh bergerak sangat tepat dengan medan magnet eksternal. Dengan menggunakan magnet, dokter dapat memindahkan partikel dan melokalisasi mereka ke lokasi cedera. Namun, masalahnya nanopartikel ini sulit untuk dibuat.
“Sintesis nanopartikel ini tidak mudah,” kata kepala laboratorium Vladimir Vinogradov dalam siaran persnya. “Penting untuk menjaga ukurannya sampai 200 nanometer; Jika tidak, mereka tidak akan cocok untuk injeksi. Selain itu, diperlukan kondisi sintesis ringan sehingga molekul trombin tidak rusak dan kehilangan aktivitasnya sepenuhnya.” Meski demikian diperlukan pengujian lebih lanjut untuk memastikan semuanya, sehingga sampai saat ini masih jelas berapa lama pengobatan baru ini tersedia bagi pasien. Digitalmania. (AN).