7 Risiko Internet Bagi Anak-anak

7 Risiko Internet Bagi Anak-anak

Ada 7 risiko internet bagi anak-anak yang wajib diketahui oleh orangtua dalam melindungi anak mereka di dunia maya yang penuh dengan bahaya.

Anak-anak sering menghabiskan waktu mereka seusai aktivitas rutin seprti bersekolah, les dan sebagainya, bahkan menghabiskan masa libur asyik dengan gadgetnya.

Tergantung pada usia mereka, melindungi mereka dapat menjadi tindakan yang sulit, karena harus mengambil sikap yang tepat antara menghormati privasi dan independensi mereka.

Ddan memastikan mereka mengindahkan peringatan orangtua. Karena meskipun internet adalah pintu gerbang menuju hiburan dan ruang sosial, internet juga menyimpan kekuatan gelap.

Menjelang liburan musim panas, ini adalah waktu yang tepat untuk memberikan anak Anda penyegaran tentang bahaya utama yang mengintai online.

Baca juga: Mengenal iCloud Private Relay

7 Risiko Internet Bagi Anak-anak

Liburan musim panas berarti lebih banyak waktu dalam sehari untuk dihabiskan secara online. Hal itu sendiri belum tentu merupakan hal yang sehat. Tapi masih ada lagi. Pertimbangkan ancaman berikut:

Perundungan Siber

Hampir separuh (46%) anak usia 13 hingga 17 tahun di AS pernah mengalami setidaknya satu dari enam perilaku cyberbullying, menurut Pew Research.

Hal ini bisa berupa pemanggilan nama dan penyebaran rumor palsu, hingga menerima gambar eksplisit dan ancaman fisik yang tidak diinginkan.

Dan bahkan membagikan gambar pribadi diri mereka tanpa persetujuan mereka. Remaja yang lebih tua khususnya lebih mungkin menjadi sasaran pelecehan semacam ini, yang dapat berdampak buruk pada kesehatan mental.

Predator

Sayangnya, ada juga orang di luar sana yang ingin memangsa anak-anak. Bentuknya bisa bermacam-macam, mulai dari pemerasan seks dan grooming online hingga permintaan online dan sexting non-konsensual.

Pelaku biasanya menggunakan nama samaran secara online, berpura-pura berusia sama dengan korbannya. Dalam beberapa kasus, mereka akan menjalin hubungan dengan korbannya dan membujuk korbannya untuk mengirimkan konten eksplisit (dikenal sebagai sextortion).

Mereka kemudian mengancam akan menyebarkan gambar-gambar tersebut kepada teman dan keluarganya kecuali korban mengirimkan lebih banyak atau memberi mereka uang. Dalam kasus lain, predator dapat meretas mesin atau perangkat korban dari jarak jauh dan mengaktifkan webcam untuk merekamnya secara diam-diam.

Kejahatan ini berbeda dengan penipuan sextortion, di mana pelaku ancaman mengirim email yang mengklaim telah memasang malware di komputer korban yang diduga memungkinkan mereka merekam orang yang sedang menonton pornografi.

Konten Tidak Pantas

Hampir separuh anak-anak di Inggris pernah melihat konten yang dianggap berbahaya bagi mereka secara online. Di sini kita tidak hanya berbicara tentang pornografi atau gambar kekerasan, tetapi juga materi yang mempromosikan tindakan menyakiti diri sendiri dan bunuh diri.

Hal ini dapat menimbulkan konsekuensi yang tragis pada kejadian yang jarang terjadi. Keseimbangan harus dicapai antara melindungi anak-anak kita secara berlebihan dan memastikan mereka tidak terpapar konten yang berpotensi membahayakan pada usia yang terlalu muda.

Baca juga: Tanpa Aplikasi Menghapus Obyek dalam Foto

Penipuan Marketplace

Anak-anak kita juga merupakan konsumen online yang luar biasa. Itu berarti mereka mungkin sering mengunjungi situs seperti Facebook Marketplace untuk mencari barang murah atau menjual barang yang tidak lagi mereka perlukan untuk mendapatkan sedikit uang belanja tambahan.

Sayangnya, situs-situs ini juga menjadi sarang aktivitas penipuan, mulai dari barang cacat dan palsu untuk dijual, hingga barang pembelian yang tidak pernah terkirim.

Seringkali korban diminta membayar melalui Aplikasi Tunai, Zelle, Venmo atau aplikasi serupa. Melakukan hal ini berarti pembelian mereka tidak lagi dilindungi, jadi begitu uangnya hilang, maka uang itu pun hilang.

Game Bajakan

Anak-anak menyukai permainan. Diperkirakan 68% anak usia 6-10 tahun dan 79% anak usia 11-14 tahun memainkannya. Namun platform dan layanan game juga dapat membuat anak-anak terpapar risiko seperti cyberbullying, penipuan, predator, dan konten yang tidak pantas.

Malware sering kali menyamar dalam perangkat lunak bajakan dan digunakan sebagai daya tarik bagi para gamer yang bersemangat. Dan akun game sendiri merupakan target yang menguntungkan bagi pencuri identitas, karena akun tersebut biasanya berisi banyak informasi pribadi dan mungkin informasi keuangan yang dapat diambil.

Mainan Terhubung

Pasar global untuk mainan pintar bernilai miliaran dolar. Meskipun perangkat ini dapat meningkatkan permainan dan perkembangan anak-anak kita, perangkat ini juga dapat membuka pintu terhadap risiko privasi dan keamanan.

Konten yang direkam oleh mainan, serta kata sandi yang digunakan untuk mengamankan akun, mungkin tidak disimpan dengan aman oleh vendor. Dan dalam beberapa kasus, kelemahan keamanan memungkinkan peretas memata-matai anak-anak dan orang tua mereka melalui mainan tersebut.

Pengelabuan

Taktik rekayasa sosial dapat diterapkan pada anak-anak dan orang dewasa. Biasanya berupa email phising, SMS, atau pesan media sosial, di mana pelaku menyamar sebagai organisasi tepercaya, atau terkadang teman, untuk mencapai tujuannya.

Hal ini biasanya dilakukan untuk mengelabui penerima agar menyerahkan login atau data pribadi/keuangan mereka, atau membuat mereka tanpa disadari memasang malware di perangkat mereka. Ini sering kali merupakan ransomware atau malware yang mencuri informasi.

Baca juga: DNS Anti Blokir Terbaik

Melindungi Anak

Dengan begitu banyaknya ancaman yang ada, tidak ada saran universal untuk membantu keamanan internet pada musim panas ini.

Namun, aturan praktis yang baik adalah mencoba membicarakan masalah apa pun sebelum melakukan kontrol orang tua atau melarang waktu pemakaian perangkat. Hal ini terutama berlaku untuk ancaman yang lebih serius terhadap keselamatan anak-anak Anda seperti predator online.

  • Pertimbangkan untuk membagikan nasihat berikut kepada anak-anak Anda:

  • Ingatlah untuk berhati-hati saat berinteraksi online, karena orang tidak selalu seperti yang terlihat.

  • Jadikan profil media sosial Anda pribadi dan jangan terima permintaan dari orang yang tidak Anda kenal.

  • Jangan pernah mengirimkan konten intim kepada orang-orang secara online, terutama kepada mereka yang belum pernah Anda temui.

  • Jangan pernah mengeklik tautan atau membuka lampiran dalam pesan yang tidak diminta.

  • Jika Anda ingin membalas pesan yang tidak diminta, periksa secara terpisah dengan pengirim yang diduga bahwa konten tersebut sah (tetapi jangan membalas secara langsung atau menggunakan nomor telepon apa pun yang diberikan dalam email).

  • Selalu gunakan kata sandi yang kuat dan unik untuk akun apa pun dan aktifkan otentikasi multi-faktor (MFA).

  • Jangan pernah mengunduh perangkat lunak dari toko aplikasi pihak ketiga.

  • Selalu bicara dengan orang tuamu jika kamu tidak yakin tentang apa pun atau jika seseorang menyulitkanmu saat online.

Orangtua juga harus mempertimbangkan

  • Pastikan perangkat/mesin anak Anda mutakhir dan menjalankan perangkat lunak anti-malware dari vendor terkemuka.

  • Jangan menyimpan kartu keluarga di akun permainan anak Anda, agar mereka tidak mengeluarkan uang terlalu banyak.

  • Teliti mainan apa pun yang terhubung secara menyeluruh sebelum membeli dan selalu matikan saat tidak digunakan.

  • Tetapkan aturan dasar tentang waktu pemakaian perangkat dan konten yang tidak pantas.

  • Pertimbangkan kontrol orang tua jika cara di atas gagal, untuk memblokir akses ke konten tertentu dan menetapkan batas waktu penggunaan.

Ketika Anda masih kecil, liburan musim panas sepertinya akan berlangsung selamanya dan Anda mungkin merindukan teman-teman sekolah Anda. Jadi masuk akal untuk menghilangkan kebosanan dengan menghabiskan waktu online.

Namun sebagai orang tua, kita juga perlu mengingatkan anak-anak kita untuk sesekali meletakkan perangkat mereka, melihat ke luar, dan hidup di dunia nyata setidaknya selama beberapa jam sehari.

Demikian pembahasan mengenai 7 risiko internet bagi anak-anak, semoga informasi di atas dapat bermanfaat dalam mengnal dan memahami dunia siber.

 

 

Baca artikel lainnya:

 

 

Sumber berita:

 

Prosperita IT News